Selasa, 05 Juli 2011

Jateng Fair Jateng 2011

JATENG Fair, sebuah perhelatan promosi Jawa Tengah akan bergulir lagi 17 Juni - 10 Juli 2011. Sampai kini memang belum ada aktivitas pembangunan terkait dengan pelaksanaan acara tahunan itu, tapi kesibukan sudah mulai tampak di kantor sekretariat di Kompleks PRPP Tawang Mas, "Hampir tiap pagi kami menerima banyak tamu untuk pemesanan stan," kata Andri Hermawan, presdir Expotama Sinergi, pelaksana acara Jateng Expo 2011. Meski begitu, "Sampai saat ini yang sudah confirm ada 60 persen untuk mengisi balai-balai yang ada. Tapi kepesertaan dari kalangan swasta masih sangat kurang," lanjut Andri Hermawan yang masih gigih mendekati sektor swasta untuk menjadi peserta.

Apa kendalanya? "Mereka (swasta) selalu bertanya apa yang berbeda dari acara ini. Saya tidak bisa menjelaskan, saya bilang, silakan ikut dulu baru bisa membuktikan," kata Andri Hermawan. Tapi ia yakin, last minute, ketika diberlakukan diskon, masalah kepesertaan ini akan tertanggulangi.

Persoalan kepesertaan adalah masalah klasik yang dihadapi para pelaksana acara ini. Ujung-ujungnya, dengan tanpa kendali menerima banyak limpahan PKL. Ini artinya, sama persis seperti "memindah Pasar Johar ke PRPP" ini seperti kata banyak orang.

Yang menjadi pertanyaan, masihkah Jateng Fair yang berlokasi di PRPP itu memiliki daya tarik masyarajat?

Pemerintah provinsi perlu memikirkan lebih serius proyek bernama "Jateng Fair", sebagaimana ia memikirkan beberapa proyek infrastruktur, seperti jalan tol Semarang - Solo, perluasan bandara dan pelabuhan, PLTU di Jepara dan Rembang atau geothermal di Guci Tegal.

Ini penting mengingat Jateng Fair yang menjadi acara tahunan (annual event) adalah etalase bagi provinsi ini untuk memamerkan kesuksesan pembangunan provinsi ini.

Menggiurkan.

Pada awal tahun 90 an, betapa proyek di Tawang Mas Semarang bernama PRPP (Pekan Raya Promosi Pembangunan) ini pernah menjadi proyek menggiurkan. Banyak kalangan swasta atau pemerintahan berpartisipasi. Kala itu PRPP memiliki magnet kuat menyedot produsen untuk ikut sebagai peserta pameran.

Bahwa PRPP kala itu adalah "proyek basah" itu adalah fakta. Banyak orang swasta (baca event organizer) menginginkan ikut menangani sebagai pelaksana acara pasar malam ini yang lantas berganti nama menjadi "Jateng Expo" dan sekarang menjadi "Jateng Fair.

Sehingga begitu "basahnya" proyek PRPP, banyak persoalan berseliweran di sana-sini. Satu pelaksana mundur, datang pelaksana yang lain, begitu seterusnya. sampai akhirnya PRPP tekor dari tahun ke tahun, hal itu menyebabkan citranya terus meredup.

Sampai akhirnya provinsi Jateng turun tangan, dengan mendirikan PT. Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan Jawa Tengah. Langkah ini setidaknya untuk menyelamatkan PRPP, dengan memungsikannya sebagai venue (tempat penyelenggaraan acara). Dan mengelolanya dengan benar.

Bersyukur, sampai kini PRPP menjadi tempat yang tidak lagi dipandang dengan sebelah mata. Dengan beberapa gedung pertemuan (convention center) seperti Balai Merapi dan Merbabu. Citra PRPP kembali mengemuka. "Dengan sewa sekitar Rp 45 juta, akhirnya kami berani mengklaim bahwa PRPP sebagai tempat yang berkelas atas," kata Dra. Titah Listiorini, MM, direktur utama PT. PRPP.

Di luar acara Jateng Fair, beberapa acara besar seperti wedding expo, perhelatan perkawinan dan acara-acara trading pun sudah menjadi langganan tetap. "Kami memang tidak akan seperti JI-Expo di Kemayoran Jakarta yang lokasinya dan prasarana jalannya memang mendukung," lanjut Titah Listiorini di kantornyanya Kamis (26/5).

Bagaikan menegakkan benang basah, demikian kata pepatah, pelaksana Jateng Fair memang harus bekerja lebih keras. Waktunya tinggal dalam hitungan minggu, cukup untuk melakukan promosi lebih gencar lagi, terutama meyakinkan sektor swasta.

Mengembalikan Jateng Fair sebagai proyek "basah" memang perjuangan, agar tidak benar-benar basah karena genangan rob di sana-sini seperti yang sekarang terjadi.

Tidak ada komentar: